Selain cerdas , ia juga seorang pemberani dan ahli siasat. Seringkali ia mengikuti peperangan, seperti pada perang Jamal dan Shiffin. Dalam sebuah syair yang pernah ia bacakan, sebagai ekspresi kebanggaan atas keberaniannya sendiri :
أجيب إذا الداعي دعاني واحتمى • بأبيض مصقول ضريبته عضب
وإلى لمن قوم إذا حاربوا العدي • أغاروا بفتيان مغاوير كالشهب
"Akan aku datangi mereka yang meminta pertolongan dan perlindungan padaku, dengan membawa pedang yang mengkilat siap menghunus siapa saja dan apa saja. Sungguh aku adalah seseorang dari suatu golongan yang ketika mereka berperang, mereka menyerbu bagaikan ribuan meteor yang berjatuhan."
Begitulah ketika Abu al- Aswad berbangga dengan keberaniannya.
Suatu saat, Abu al - Aswad bertemu dengan seorang penyair terkenal yang bernama 'Umar ibn Abi Rabi'ah di Makkah. Waktu itu, ' Umar ibn Abi Rabi'ah terkenal dengan lantunan syair ghazal-nya ( rayuan ) kepada para wanita.
Kala itu, kepergian Abu al-Aswad ke Makkah adalah untuk menunai kan ibadah haji bersama istrinya. Siapa yang tak kenal istri Abu al Aswad kala itu, seorang wanita cantik, berkulit putih langsap, dan tentunya memikat setiap lelaki yang melihatnya.
Saat tiba di Baitullah , keduanya sibuk dengan ibadahnya masing masing hingga membuat mereka tidak lagi berjalan bersama ketika melaksanakan Tawaf di sekitar Masjidil Haram. Saat sang Istri sedang bertawaf sendirian mengelilingi Ka'bah, tiba - tiba ia bertemu dengan 'Umar ibn Abi Rabi'ah yang hendak berbuat iseng dengan merayunya. Menyadari bahwa ada orang yang merayunya, istri Abu al - Aswad pun bergegas mengadukan hal tersebut kepada suaminya ; Abu al-Aswad.
Tanpa basa-basi, Abu al-Aswad langsung menghampir 'Umar ibn Abi Rabi'ah lalu mendampratnya di hadapan orang - orang. Kemudian, Umar menjelaskan bahwa dirinya tidak merayu istri Abu al-Aswad. Ia mengelak telah merayunya. Permasalahan pun selesai, semuanya kembali ke tempat semula.
Istri Abu al - Aswad kembali ke Masjidil Haram untuk melanjutkan Tawaf, lagi-lagi si 'Umar ibn Abi Rabi'ah kembali merayunya. Ia pun kembali melaporkannya kepada Abu al-Aswad. Seketika Abu al-Aswad menghampiri 'Umar yang sedang duduk di Masjidil Haram bersama kabilahnya, Abu al-Aswad melantunkan syair dengan nada mengancam dan menakut-nakuti :
وإني ليثنيني عن الجهل والخنى • وعن شتم أقوام خلائق أربع
حساء وإسلام وتقيا وإنني • كريم ومثلي قد يضر وينفع
وشتان ما بيني وبينك إنني • على كل حال أستقيم وتظلع
"Sungguh ada empat perkara yang membuat diriku berpaling dari kebodohan dan kepandiran dalam mencaci maki kejelekan suatu kaum , Yaitu , rasa malu (haya') , Islam , takwa dan kemulian wibawa . Dan sesungguhnya orang sepertiku, sewaktu-waktu , bisa membahayakan dan bisa pula mendatangkan kemanfaatan . Aku dan dirimu sangat jauh berbeda Diriku lurus sempurna, sedangkan dirimu cacat tercela."
Setelah mendengar syair yang dilantunkan Abu al - Aswad, 'Umar ibn Abi Rabi'ah membalas, "Ampun, aku tidak akan mengulanginya lagi! "
Akan tetapi , yang namanya seorang penggombal, biasanya tar pernah sulit mengenal kata jerah. Lagi-lagi ia merayu istri Abu al-Aswad untuk yang ketiga kalinya. Dan untuk yang ke tiga kalinya pula istri Abu al-Aswad mengadu kepada suaminya. Lagi - lagi Abu al-Aswad menghampiri 'Umar ibn Abi Rabi'ah dan kembali melantunkan syair :
أنت الفتى وابن الفتى وأخو الفتى • وسيدنا لولا خلائق أربع
نكول على الجلى وقرب من الخنى • وبخل عن الجدوى وإنك تبع
"Wahai pemuda, putra pemuda, saudara pemuda! Wahai tuanku! Seandainya bukan karena empat perkara tersebut (telah ku habisi dirimu) Perbuatamu itu adalah tali benalu yang kuat dan dekat dengan bencana, tidak pula ada faedah dan manfaatnya, dan sungguh engkau adalah orang yang suka membuntuti para wanita."
Pasca kejadian tersebut, istri Abu al - Aswad kembali bertawaf. Setelah merasa Tawafnya cukup sempurna, ia pun keluar dari area Masjidil Haram, sedangkan Abu al-Aswad menyertainya dari belakang.
Saat istri Abu al-Aswad keluar dan mulai menjauh dari Masjidil Haram, tiba-tiba 'Umar ibn Abi Rabi'ah mendekatinya, ia kembali melancarkan aksinya. Namun, geraknya tiba-tiba tertahan setelah mengetahui ada Abu al-Aswad di belakangnya. Abu al-Aswad pun tersenyum tertawa, ia kembali melantunkan syair :
تعدو الذئاب على من لا كلاب له • وتتقي صولة المستأسد الضاري
"Anjing hutan itu akhirnya mengurungkan aksinya, ia takut akan terkaman singa yang sedang kelaparan."
Sumber bacaan :
Kisah-kisah unik & inspirasi ulama nahwu klasik karya Muhammad Al-Mubasyir
0 comments:
Post a Comment