Blogroll

Mengenal Imam Sibawaihi, Ulama Ilmu Nahwu

Biografi

Nama lengkapnya adalah Amru bin Utsman bin Qanba. Ada yang mengatakan bahwa pada masa kecilnya beliau dipanggil Bisyr. Syaikh Ali bin Isa al-Rumaniy mengatakan bahwa pakar tata bahasa Arab paling berpengaruh ini memiliki beberapa nama panggilan. Di antara nama panggilan tersebut adalah Abu Bisyr, Abu al-Husain dan Abu Utsman. Namun sampai saat ini panggilan nama Abu Bisyr-lah yang paling terkenal dan banyak dipakai dalam kepenulisan tentang beliau.

Adapun nama Sibawaih sendiri sebenarnya melekat pada beliau oleh karena aroma apel yang sangat khas dari dirinya. Pendapat lain mengatakan bahwa beliau dijuluki dengan panggilan tersebut karena kedua tulang pipinya memang menonjol seperti apel.

Imam Sibawaih adalah seorang yang dilahirkan oleh ibunya di kota al-Baydha pada tahun 761 MKota tersebut berada di wilayah Persia. Wilayah tersebut dalam sejarah adalah kawasan berdirinya pusat-pusat peradaban dunia. Seluruh kekaisaran yang berdiri di Persia merupakan rangkaian penguasa ke penguasa wilayah tersebut yang datang silih berganti. Sejarahnya yang panjang dan keagungannya yang menyejarah, pun juga dengan corak intelektualitas dan spritualitas merupakan sebuah warisan agung yang menarik untuk ditelaah lebih jauh dari wilayah tersebut.

Imam Sibawaih tidak lama berada di kota al-Baydha. Karena dalam perjalanan berikutnya beliau ikut bermigrasi bersama orang tuanya ke Baghdad. Hijrahnya tersebut yang menjadi cikal tonggak kebesarannya pada masa-masa berikutnya. Terutama dalam panggung sejarah keilmuan dunia Islam.

Kota Bashrah menjadi kebun pengetahuan yang menyejukan bagi Sibawaih yang telah berimigrasi. Di dalamnya ia tidak saja menyaksikan panorama aktifitas keilmuan, namun juga ia bisa bebas mengakses berbagai banyak ilmu pengetahuan pada para pakar yang ada di sana. Halaqah pertama yang digeluti beliau adalah halaqah fikih dan hadits.

Guru-guru Imam Sibawaih

Dalam pengembaraan pengetahuannya di Bashrah, Ia menimba pengetahuan pada beberapa guru ternama. Beberapa nama guru Imam Sibawaih yang disebutkan oleh Syaikh Ali bin Isa al-Rumaniy adalah Isa bin Umar al-Bishri, Abu Amru bin al-‘Ula bin ‘Amar bin al-‘Uryan bin Abdillah bin al-Hushain al-Bishri, al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi, Hamd bin Salamah bin Dinar, Harun bin Musa al-Bishri, al-Akhfasy al-Kabir Abd al-Hamid bin Abd al-Majid dan Yunus bin Hubaib. Nama-nama guru beliau ini dicantumkan di karya utama Imam Sibawaih, yakni al-Kitab.

Syaikh Hamd bin Salamah bin Dinar adalah guru Imam Sibawaih dalam bidang Fikih dan Hadits. Sedangkan gurunya yang paling terkenal dalam bidang gramatika Arab adalah Syaikh al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi. Nama yang terakhir ini menjadikan Sibawaih sebagai tokoh Nuhat aliran bashrah yang sangat popular di belantika tata bahasa Arab.

Karya

Kecintaan Sibawaih pada pengetahuan dituangkan dalam beberapa buku yang bertumpuk-tumpuk di rumahnya. Kesungguhannya dalam ilmu pengetahuan membawa ia menjadi ilmuwan ternama yang dicintai oleh para pengagumnya. Namun juga mendatangkan rasa cemburu pada istrinya yang membuat istrinya itu nekad membakar beberapa karya Sibawaih. Konon dari sekian lembaran buku yang dibakar hanya tinggal satu jilid yakni buku yang saat ini dikenal dengan nama al-Kitab.

Al-Kitab adalah satu-satunya karyanya yang ada sampai sekarang. Karya tersebut menjadi salahsatu karya yang paling utama dalam pembahasan gramatikal setelah Sibawaih karena karya tersebut memuat hal yang penting dalam tata bahasa arab. Kemudian, karya ini juga menjadi satu perkembangan dramatis dalam ilmu tata Bahasa Arab, melampaui kemajuan-kemajuan sebelumnya.

Imam Sibawaih sebagai tokoh nuhat aliran Bashrah juga sempat terlibat duel sengit dengan al-Kisai yang merupakan tokoh nuhat dari aliran Kufah. Ada yang mengatakan bahwa Sibawaih kalah dalam debat tersebut oleh al-Kisai. Namun ada juga yang mengatakan bahwa Sibawaih mengalah karena ada skenario lain di balik debat tersebut. Namun peristiwa tersebut tidak lantas melunturkan popularitas Imam Sibawah dalam panggung keilmuan Islam.

Imam Sibawaih meninggal dalam usia yang terbilang cukup muda, yakni usia 32 tahun. Tepatnya pada tahun 793 M ia menghembuskan nafasnya yang terakhir di Syiraz. Seorang Sibawaih adalah seorang intelektual dengan murid yang tidak terlalu banyak. Begitupun juga dengan karya-karyanya. Namun nama dan pemikirannya masih terus harum menembus ke peradaban-peradaban berikutnya setelah ia wafat.

 

Referensi

Talmon, Rafael. ‘Nahwiyyn in Sibawayhi’s Kitllb’, Zeitschrift fur Arabische Linguistik

Ali, Mufti, Imam Sibawaihi dan Karya Utamanya, Jurnal IAIN Banten

Lughotuna.Id 


Disandur dari : 

https://kampung-arab.com/mengenal-imam-sibawaihi-ulama-ilmu-nahwu/

0 comments:

Post a Comment