Blogroll

Anak Muda WAJIB TAU!!! Adab Terhadap Guru


Gaisss kalian tau nggak sih adab-adab terhadap guru??

Seringkali kita mendengar ceramah adab-adab terhadap guru, akan tetapi sering kali kita mengabaikan secara sadar maupun tidak sadar adab kita terhadap guru.

Berikut penulis akan memaparkan adab-adab terhadap guru yang diambil dari Muslim.or.id

Di antara adab-adab yang telah disepakati para ulama’ dalam menuntut ilmu adalah adab murid kepada gurunya. Imam Ibnu Hazm berkata: “Para ulama bersepakat, wajibnya memuliakan ahli al-Qur’an, ahli Islam dan Nabi. Demikian pula wajib memuliakan khalifah, orang yang punya keutamaan dan orang yang berilmu.” (al-Adab as-Syar’iah 1/408)

Berikut ini beberapa adab yang selayaknya dimiliki oleh penuntut ilmu ketika menimba ilmu kepada gurunya.

1. Memuliakan guru

Memuliakan orang yang berilmu termasuk perkara yang dianjurkan. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَفِ لِعَالِمِنَا»

“Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati orang yang tua, tidak menyayangi yang muda, dan tidak mengerti hak ulama kami.” (HR. Al-Bazzar 2718, Ahmad 5/323, lafadz milik Al-Bazzar. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shohih Targhib 1/117)

Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang murid memperhatikan gurunya dengan pandangan penghormatan. Hendaklah ia meyakini keahlian gurunya dibandingkan yang lain. Karena hal itu akan menghantarkan seorang murid untuk banyak mengambil manfaat darinya, dan lebih bisa membekas dalam hati terhadap apa yang ia dengar dari gurunya tersebut” (Al-Majmu’ 1/84).

2. Mendo’akan kebaikan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَنْ أَتَى إِليْكُم مَعْروفاً فَكَافِئُوه فَإِنْ لَمْ تَجِدوا فَادْعُوا لَهُ، حَتَّى يَعلَمَ أن قَد كَافَئْتُمُوه

“Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan balasan yang setimpal. Apabila kamu tidak bisa membalasnya, maka doakanlah dia hingga engkau memandang telah mencukupi untuk membalas dengan balasan yang setimpal.” (HR. Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod no. 216, lihat as-Shohihah 254)

Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang penuntut ilmu mendoakan gurunya sepanjang masa. Memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya dan menunaikan haknya apabila telah wafat” (Tadzkirah Sami’ hal. 91).

3. Rendah diri kepada guru

Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang murid mengetahui bahwa rendah dirinya kepada seorang guru adalah kemuliaan, dan tunduknya adalah kebanggaan.” (Tadzkirah Sami’ hal. 88)

Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dengan kemuliaan dan kedudukannya yang agung, beliau mengambil tali kekang unta Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu seraya berkata: “Demikianlah kita diperintah untuk berbuat baik kepada ulama.” (As-Syifa, 2/608)

4. Mencontoh akhlaknya

Hendaklah seorang penuntut ilmu mencontoh akhlak dan kepribadian guru. Mencontoh kebiasaan dan ibadahnya. (Tadzkirah Sami’ hal. 86)

Imam as-Sam’ani rahimahullah menceritakan bahwa majelis Imam Ahmad bin Hanbal dihadiri lima ribu orang. Lima ratus orang menulis, sedangkan selainnya hanya ingin melihat dan meniru adab dan akhlak Imam Ahmad. (Siyar AlamNubala, 11/316)

 

Referensi:

Tadzkiratus Sami’ Wal-Mutakallim Wal-Muta’allim oleh Badruddin Ibnu Jama’ah Al-Kinani Rahimahullah


Sumber : https://muslim.or.id/18940-adab-terhadap-guru.html

Ketika Imam Sholat Lupa Wudhunya Batal


Hayooo siapa disini yang pernah kejadian ketika kita sebagai makmum tau imamnya lupa kalau wudhunya sudah batal??

Apakah kita sebagai makmum sah sholat di belakangnya?, berikut fatwa dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengenai kasus yang telah dijabarkan?

Pertanyaan:

Fadhilatus syaikh, kami ingin menanyakan jika imam tidak mengetahui (tidak ingat) kalau wudunya sudah batal, kecuali setelah selesainya salat. Apakah wajib baginya dan bagi makmum untuk mengulang salat?

Jawaban:

Hukum atas kasus tersebut adalah bahwa wajib bagi imam untuk mengulang salat. Adapun makmum, maka tidak wajib atas mereka untuk mengulang salat. Berkaitan dengan pahala, mereka telah mendapatkan pahala salat berjemaah. Hal ini karena mereka telah mendirikan salat secara berjemaah. Sehingga dicatat pahala bagi mereka.

Sangat jelas juga kalau kita mengatakan bahwa sesungguhnya jika salat tanpa wudu atau tanpa mandi janabah, jika hal itu karena ada uzur yang tidak memungkinkan baginya untuk menggunakan air, maka dia bertayamum sebagai ganti berwudu (dengan air). Tayamum dalam kondisi tidak memungkinkan menggunakan air itu (kedudukannya) sama dengan (berwudu dengan) air. Seandainya orang tersebut tidak menemukan air, kemudian tayamum, dan kemudian salat, maka salatnya tersebut dinilai sah. Meskipun selama sebulan dia tidak menemukan air, atau dia selama sebulan sakit sehingga tidak mungkin menggunakan air, maka salatnya dengan tayamum itu dinilai sah. Maka, tayamum itu menggantikan (berwudu dengan) air ketika tidak memungkinkan menggunakan air.

Jika kita katakan, sesungguhnya tayamum itu menggantikan air ketika ada uzur tidak bisa menggunakan air, maka ketika seseorang telah bersuci (taharah) dengan tayamum, maka dia tetap dalam kondisi suci sampai taharahnya batal. Meskipun waktu salat sudah habis, dan dia masih dalam kondisi suci, maka dia tidak wajib mengulang tayamum untuk melaksanakan salat wajib berikutnya. Karena tayamum itu juga metode untuk bersuci. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surah Al-Ma’idah ketika menyebutkan tayamum. 

Allah Ta’ala berfirman,

مَا يُرِيدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـكِن يُرِيدُ لِيُطَهَّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Maidah: 6)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا

Bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan suci.” (HR. Bukhari no. 438 dan Muslim no. 521)

Milenial dan Gen Z WAJIB TAU!!!! Apa Hukum Membaca Zodiak ?


Haloo Frenddd.... Kalian suka baca zodiak?, Kalian membaca zodiak sekedar iseng atau ikut-ikutan aja nihh?. Tapi tau nggak sih, hukum membaca apalagi sampai mempercayai zodiak?

Dilansir dari Rumaysho.com, hukum membaca zodiak HARAM!!!

Karena zodiak atau ramalan bintang berisi tentang ramalann keadaan asmara, keuangan, kesuksesan seseorang di masa akan datang. Biasa digambarkan ramalan keadaan dirinya pada 1 minggu atau sebulan mendatang.

Cara memperoleh ramalan bintang ini tidak perlu susah payah sampai ke rumah tukang ramal. Saat ini, setiap orang sudah disuguhkan cara mudah untuk membaca ramalan bintang melalui majalah, koran atau TV. Bahkan sekarang bisa tinggal ketik lewat sms dengan format reg spasi, dsb.

Dari sini perlu diketahui bahwa para ulama seringkali menyamakan hukum membaca ramalan bintang dengan hukum mendatangi tukang ramal yang mengklaim mengetahui perkara yang ghoib. Keduanya dinilai sama hukumnya karena sama-sama mempertanyakan hal ghoib di masa akan datang.

Syaikh Sholih Alu Syaikh –hafizhohullah– mengatakan, “Jika seseorang membaca halaman suatu koran yang berisi zodiak yang sesuai dengan tanggal kelahirannya atau zodiak yang ia cocoki, maka ini layaknya seperti mendatangi dukun. Akibatnya cuma sekedar membaca semacam ini adalah tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari. Sedangkan apabila seseorang sampai membenarkan ramalan dalam zodiak tersebut, maka ia berarti telah kufur terhadap Al Qur’an yang telah diturunkan pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Intinya, ada dua rincian hukum dalam masalah ini.

Pertama: Apabila cuma sekedar membaca zodiak atau ramalan bintang, walaupun tidak mempercayai ramalan tersebut atau tidak membenarkannya, maka itu tetap haram. Akibat perbuatan ini, shalatnya tidak diterima selama 40 hari.

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.

 Ini akibat dari cuma sekedar membaca.Maksud tidak diterima shalatnya selama 40 hari dijelaskan oleh An Nawawi: “Adapun maksud tidak diterima shalatnya adalah orang tersebut tidak mendapatkan pahala. Namun shalat yang ia lakukan tetap dianggap dapat menggugurkan kewajiban shalatnya dan ia tidak butuh untuk mengulangi shalatnya.”

Kedua: Apabila sampai membenarkan atau meyakini ramalan tersebut, maka dianggap telah mengkufuri Al Qur’an yang menyatakan hanya di sisi Allah pengetahuan ilmu ghoib.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.

Namun jika seseorang membaca ramalan tadi untuk membantah dan membongkar kedustaannya, semacam ini termasuk yang diperintahkan bahkan dapat dinilai wajib. Hukum-hukum ini juga berlaku untuk ramalan lain selain dengan ramalan bintang.

Syaikh Sholih Alu Syaikh memberi nasehat, “Kita wajib mengingkari setiap orang yang membaca ramalan bintang semacam itu dan kita nasehati agar jangan ia sampai terjerumus dalam dosa. Hendaklah kita melarangnya untuk memasukkan majalah-majalah yang berisi ramalan bintang ke dalam rumah karena ini sama saja memasukkan tukang ramal ke dalam rumah. Perbuatan semacam ini termasuk dosa besar (al kabair) –wal ‘iyadzu billah-. …

Oleh karena itu, wajib bagi setiap penuntut ilmu agar mengingatkan manusia mengenai akibat negatif membaca ramalan bintang. Hendaklah ia menyampaikannya dalam setiap perkataannya, ketika selesai shalat lima waktu, dan dalam khutbah jum’at. Karena ini adalah bencana bagi umat. Namun masih sangat sedikit yang mengingkari dan memberi peringatan terhadap kekeliruan semacam ini.”

Dari sini, sudah sepatutnya seorang muslim tidak menyibukkan dirinya dengan membaca ramalan-ramalan bintang melalui majalah, koran, televisi atau lewat pesan singkat via sms. Begitu pula tidak perlu seseorang menyibukkan dirinya ketika berada di dunia maya untuk mengikuti berbagai ramalan-ramalan bintang yang ada. Karena walaupun tidak sampai percaya pada ramalan tersebut, tetap seseorang bisa terkena dosa jika ia bukan bermaksud untuk membantah ramalan tadi. Semoga Allah melindungi kita dan anak-anak kita dari kerusakan semacam ini.

Sumber : https://rumaysho.com/688-dosa-besar-akibat-membaca-ramalan-bintang.html

Yuk Mengenal Ilmu Shorof !!


Ilmu Sharaf adalah salah satu cabang ilmu penting yang harus dikuasai dalam mempelajari Bahasa Arab. Dengan ilmu ini, kita dapat mengetahui bentuk perubahan dari suatu kata. Contohnya untuk kata “melakukan” atau “berbuat” (فعل) :

فعل - يفعل - فعلا - فاعل - مفعول - افعل - لا تفعل

Dari kanan ke kiri: 

telah melakukan – sedang melakukan – perbuatan – orang yang melakukan – yang dilakukan – lakukanlah! – jangan kamu lakukan!

Ilmu Sharaf atau dikenal dengan tashrif secara bahasa memiliki arti perubahan. Adapun secara istilah, Ilmu Sharaf adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan keadaan beberapa bentuk kata (bina’) yang meliputi jumlah huruf, harakat dan sukunnya seperti bentuk kata fi’il madhy (kata kerja lampau), fi’il mudhari’ (kata kerja sekarang), mashdar (kata benda), isim fa’il (yang melakukan perbuatan), isim maf’ul (yang dikenai perbuatan), fi’il amr (kata perintah), fi’il nahyi (kata larangan), dan bentuk kata yang lain.  Ilmu Sharaf adalah ilmu yang menerangkan tata cara merubah suatu kata dari satu bentuk ke bentuk yang lain untuk menghasilkan makna yang berbeda-beda. Contohnya merubah kata كتب (Telah Menulis) menjadi يكتب (Sedang Menulis), dan كاتب (Penulis).


Sumber : Ilmu Sharaf Untuk Pemula Karya Abu Razin Al Batawi

Pentingnya Mempelajari Ilmu Nahwu


Ilmu nahwu adalah ilmu yang wajib dikuasai untuk bisa memahami kaidah penyusunan kalimat dalam Bahasa Arab. Bahasa Arab memiliki pola kalimat yang berbeda dengan Bahasa Indonesia. Karena, ia tidak hanya berbicara tentang susunan kata dalam suatu kalimat, tetapi juga berbicara keadaan huruf terakhir dari suatu kata yang ada pada kalimat. Bila keadaan huruf terakhir suatu kata berbeda, maka berbeda pula maknanya sebagaimana contoh-contoh yang telah kami sebutkan. 

Sebagai seorang muslim, mempelajari  sudah merupakan suatu keharusan. Bagaimana kita bisa memahami isi kandungan Al Qur’an, bila kita tidak memahami bahasanya? Bagaimana kita bisa menyelami lautan hikmah dalam hadits-hadits Rasulullah bila Bahasa Arab saja kita tidak mengerti? Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: 

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf: 2)

Juga firman-Nya:

بِلِسَانٍ عَرَبِىٍّ مُّبِينٍ

“Dengan Bahasa Arab yang jelas.” (Asy Syu’araa: 195)

Umar Bin Khatab berkata :

   تعلَّموا العربيةَ؛ فَإنَّها مِنْ دِينِكُم

“Pelajarilah Bahasa Arab, karena Bahasa Arab adalah bagian dari agama kalian”

Oleh karena itu, marilah kita berdoa kepada Allah, agar kita dimudahkan dalam mempelajari Bahasa Arab agar kita bisa memahami agama kita dengan baik.  


Sumber : e-book Ilmu Nahwu Untuk Pemula Karya Abu Razin Al Batawi

 

Urgensi Mempelajari Bahasa Arab Bagi Kaum Muslimin

Ilustrasi Murid Belajar Bahasa Arab,Sumber :https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/rpp/bahasa-arab/

Dengan lebih dari 300 juta penutur di seluruh dunia, bahasa Arab adalah bahasa kelima yang paling banyak digunakan dan menjadi salah satu bahasa yang penuturnya sangat tersebar luas di seluruh dunia.

Di tengah pergerakan dunia yang semakin mudah menjangkau global, kemampuan berbahasa asing adalah keterampilan yang harus dimiliki setiap orang untuk bertahan dan sukses di era ini. Lantas bahasa asing apa yang baik untuk dipelajari? Bahasa Arab satu diantara kebanyakan bahasa hebat di dunia.

Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan tentang hukum mempelajari bahasa Arab,
Dan juga perlu dipahami bahwa bahasa Arab itu sendiri adalah bagian dari agama. Mempelajarinya adalah fardhu wajib. Karena untuk memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah itu wajib. Memahaminya tidaklah bisa kecuali dengan memahami bahasa Arab. Sedangkan kaedah menyatakan, ‘Sesuatu yang wajib yang tidak bisa terpenuhi kecuali dengannya, maka itu dihukumi wajib.’ Kemudian untuk mempelajarinya tadi, ada yang hukumnya fardhu ‘ain dan ada yang hukumnya fardhu kifayah.” (Iqtidha’ Ash-Shirath Al-Mustaqim, 1: 527)

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah pernah berkata
”Bahasa Arab adalah bahasa yang paling mulia. Bahasa Rasul yang diutus kepada mereka dan menyampaikan dakwahnya dalam bahasa itu pula. Bahasa yang jelas dan gamblang. Dan renungkanlah bagaimana berkumpulnya keutamaan-keutamaan yang baik ini. Al-Qur’an adalah kitab yang paling mulia, diturunkan melalui malaikat yang paling utama, diturunkan kepada manusia yang paling utama pula, dimasukkan ke dalam bagian tubuh yang paling utama, yaitu hati, untuk disampaikan kepada umat yang paling utama, dengan bahasa yang paling utama dan paling fasih yaitu bahasa Arab yang jelas.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

“Sesungguhnya ketika Allah menurunkan kitab-Nya dan menjadikan Rasul-Nya sebagai penyampai risalah (Al-Kitab) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menjadikan generasi awal agama ini berkomunikasi dengan bahasa Arab. Maka tidak ada jalan lain dalam memahami dan mengetahui ajaran Islam kecuali dengan bahasa Arab. Oleh karena itu, memahami bahasa Arab merupakan bagian dari agama. Keterbiasaan berkomunikasi dengan bahasa Arab mempermudah kaum muslimin memahami agama Allah Ta’ala dan menegakkan syiar-syiar agama ini, serta memudahkan dalam mencontoh generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshar dalam keseluruhan perkara mereka.”

Sumber: https://muslim.or.id/31097-pentingnya-mempelajari-bahasa-arab.html



Prospek Kerja Pendidikan Bahasa Arab

Sebagian besar masyarakat kita, selalu memandang remeh terhadap prospek kerja pendidikan bahasa arab. Bahkan ada sebagian mahasiswa pendidikan bahasa arab yang beranggapan kalau belajar bahasa arab membuat peluang rezeki kita kecil, Naudzubillah min dzalik. Namun apakah benar demikian? Ternyata prospek kerja pendidikan Bahasa Arab bukan hanya berkutik di lembaga sekolah atau pesantren saja, akan tetapi bisa bekerja di perusahaan ternama,freelance bahkan lembaga pemerintahan. Berikut prospek kerja lulusan pendidikan Bahasa Arab. 


Ilustrasi Guru Mengajar Bahasa Arab

1. Guru
Jurusan Pendidikan Bahasa Arab pada dasarnya didesain untuk menghasilkan pengajar profesional di bidang bahasa Arab. Untuk itu prospek utama jurusan ini adalah menjadi guru atau pengajar bahasa Arab di MTs/SMP, SMA/MA, pondok pesantren ataupun lembaga-lembaga pelatihan bahasa Arab. Jumlah madrasah yang ada di Indonesia ini cukup banyak sekali di serta ada juga SMA/SMK yang membuka mata pelajaran bahasa Arab. Namun banyak di antara guru pengajar bahasa Arab itu yang tidak memiliki latar belakang pendidikan bahasa Arab. Banyak jabatan sebagai guru bahasa Arab diduduki oleh lulusan PAI. Untuk itu, sebenarnya lapangan pekerjaan sebagai pengajar bahasa Arab ini sangatlah luas karena seharusnya mata pelajaran bahasa Arab diampu oleh para ahlinya yakni lulusan-lulusan Pendidikan Bahasa Arab.

2. Penerjemah
Menurut data Lingoda, Arab termasuk dalam 20 bahasa yang paling banyak digunakan di dunia. Saat ini, penuturnya berjumlah 274 juta orang. Dengan jumlah besar tersebut, tak heran jika ada banyak karya sastra berbahasa Arab. Nah, sebagai seorang translator, kamu bertanggung jawab untuk menerjemahkan karya itu ke bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia dan Inggris.Tujuannya agar karya tersebut bisa dinikmati oleh orang-orang di seluruh dunia.

3. Penulis
Jika Anda suka menulis dan karya-karya Anda sangat nikmat untuk dibaca. Akan menjadi nilai plus jika Anda bisa berbahasa Arab. Anda bisa menghasilkan tulisan-tulisan berbahasa Arab. Dan bagi yang belum mempunyai kemampuan menulis buku dengan bahasa Arab yang baik. Anda masih bisa menulis buku-buku tentang bahasa Arab seperti kamus bergambar, kamus istilah sains bahasa Arab, kamus istilah linguistik bahasa Arab, buku ajar bahasa Arab untuk sekolah, dan lain-lain.

4. PNS di Instansi Pemerintah
Pada penerimaan CPNS tahun 2019. Jabatan sebagai pranata hubungan masyarakat Kementerian Agama bisa diisi oleh lulusan pendidikan bahasa Arab lho. Sayangnya pada penerimaan CPNS tahun 2021, formasi tersebut tidak bisa diisi oleh lulusan S1 PBA. Namun pada penerimaan CPNS tahun 2021, ada formasi sebagai Auditor di Inspektorat Kementerian Agama yang bisa diisi oleh lulusan PBA. Berdasarkan hal tersebut, pada penerimaan CPNS yang akan datang, ada kemungkinan akan ada formasi selain guru yang bisa dilamar oleh lulusan S1 pendidikan bahasa Arab.

Saat Istri Abu Al-Aswad Dirayu Oleh Penyair Ghazal


Abu Aswad al - Du'ali adalah seorang ulama yang cerdas , tanggap dan cepat dalam menanggapi dan menjawab berbagai pertanyaan. Dia dapat merespon komunikasi orang lain dengan cepat kendati dirinya sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Tak jarang orang - orang menyaksikan kecerdasannya yang tertera dalam banyak riwayat dari para tokoh di zamannya. 

Selain cerdas , ia juga seorang pemberani dan ahli siasat. Seringkali ia mengikuti peperangan, seperti pada perang Jamal dan Shiffin. Dalam sebuah syair yang pernah ia bacakan, sebagai ekspresi kebanggaan atas keberaniannya sendiri : 

أجيب إذا الداعي دعاني واحتمى • بأبيض مصقول ضريبته عضب

وإلى لمن قوم إذا حاربوا العدي • أغاروا بفتيان مغاوير كالشهب

"Akan aku datangi mereka yang meminta pertolongan dan perlindungan padaku, dengan membawa pedang yang mengkilat siap menghunus siapa saja dan apa saja. Sungguh aku adalah seseorang dari suatu golongan yang ketika mereka berperang, mereka menyerbu bagaikan ribuan meteor yang berjatuhan."

Begitulah ketika Abu al- Aswad berbangga dengan keberaniannya. 

Suatu saat, Abu al - Aswad bertemu dengan seorang penyair terkenal yang bernama 'Umar ibn Abi Rabi'ah di Makkah. Waktu itu, ' Umar ibn Abi Rabi'ah terkenal dengan lantunan syair ghazal-nya ( rayuan ) kepada para wanita. 

Kala itu, kepergian Abu al-Aswad ke Makkah adalah untuk menunai kan ibadah haji bersama istrinya. Siapa yang tak kenal istri Abu al Aswad kala itu, seorang wanita cantik, berkulit putih langsap, dan tentunya memikat setiap lelaki yang melihatnya. 

Saat tiba di Baitullah , keduanya sibuk dengan ibadahnya masing masing hingga membuat mereka tidak lagi berjalan bersama ketika melaksanakan Tawaf di sekitar Masjidil Haram. Saat sang Istri sedang bertawaf sendirian mengelilingi Ka'bah, tiba - tiba ia bertemu dengan 'Umar ibn Abi Rabi'ah yang hendak berbuat iseng dengan merayunya. Menyadari bahwa ada orang yang merayunya, istri Abu al - Aswad pun bergegas mengadukan hal tersebut kepada suaminya ; Abu al-Aswad. 

Tanpa basa-basi, Abu al-Aswad langsung menghampir 'Umar ibn Abi Rabi'ah lalu mendampratnya di hadapan orang - orang. Kemudian, Umar menjelaskan bahwa dirinya tidak merayu istri Abu al-Aswad. Ia mengelak telah merayunya. Permasalahan pun selesai, semuanya kembali ke tempat semula. 

Istri Abu al - Aswad kembali ke Masjidil Haram untuk melanjutkan Tawaf, lagi-lagi si 'Umar ibn Abi Rabi'ah kembali merayunya. Ia pun kembali melaporkannya kepada Abu al-Aswad. Seketika Abu al-Aswad menghampiri 'Umar yang sedang duduk di Masjidil Haram bersama kabilahnya, Abu al-Aswad melantunkan syair dengan nada mengancam dan menakut-nakuti :

وإني ليثنيني عن الجهل والخنى • وعن شتم أقوام خلائق أربع

حساء وإسلام وتقيا وإنني • كريم ومثلي قد يضر وينفع

وشتان ما بيني وبينك إنني • على كل حال أستقيم وتظلع

"Sungguh ada empat perkara yang membuat diriku berpaling dari kebodohan dan kepandiran dalam mencaci maki kejelekan suatu kaum , Yaitu , rasa malu (haya') , Islam , takwa dan kemulian wibawa . Dan sesungguhnya orang sepertiku, sewaktu-waktu , bisa membahayakan dan bisa pula mendatangkan kemanfaatan . Aku dan dirimu sangat jauh berbeda Diriku lurus sempurna, sedangkan dirimu cacat tercela."

Setelah mendengar syair yang dilantunkan Abu al - Aswad, 'Umar ibn Abi Rabi'ah membalas, "Ampun, aku tidak akan mengulanginya lagi! "

Akan tetapi , yang namanya seorang penggombal, biasanya tar pernah sulit mengenal kata jerah. Lagi-lagi ia merayu istri Abu al-Aswad untuk yang ketiga kalinya. Dan untuk yang ke tiga kalinya pula istri Abu al-Aswad mengadu kepada suaminya. Lagi - lagi Abu al-Aswad menghampiri 'Umar ibn Abi Rabi'ah dan kembali melantunkan syair : 

أنت الفتى وابن الفتى وأخو الفتى • وسيدنا لولا خلائق أربع

نكول على الجلى وقرب من الخنى • وبخل عن الجدوى وإنك تبع

"Wahai pemuda, putra pemuda, saudara pemuda! Wahai tuanku! Seandainya bukan karena empat perkara tersebut (telah ku habisi dirimu) Perbuatamu itu adalah tali benalu yang kuat dan dekat dengan bencana, tidak pula ada faedah dan manfaatnya, dan sungguh engkau adalah orang yang suka membuntuti para wanita."

Pasca kejadian tersebut, istri Abu al - Aswad kembali bertawaf. Setelah merasa Tawafnya cukup sempurna, ia pun keluar dari area Masjidil Haram, sedangkan Abu al-Aswad menyertainya dari belakang. 

Saat istri Abu al-Aswad keluar dan mulai menjauh dari Masjidil Haram, tiba-tiba 'Umar ibn Abi Rabi'ah mendekatinya, ia kembali melancarkan aksinya. Namun, geraknya tiba-tiba tertahan setelah mengetahui ada Abu al-Aswad di belakangnya. Abu al-Aswad pun tersenyum tertawa, ia kembali melantunkan syair :

تعدو الذئاب على من لا كلاب له • وتتقي صولة المستأسد الضاري

"Anjing hutan itu akhirnya mengurungkan aksinya, ia takut akan terkaman singa yang sedang kelaparan."


Sumber bacaan :

Kisah-kisah unik & inspirasi ulama nahwu klasik karya Muhammad Al-Mubasyir

Mengenal Imam Sibawaihi, Ulama Ilmu Nahwu

Biografi

Nama lengkapnya adalah Amru bin Utsman bin Qanba. Ada yang mengatakan bahwa pada masa kecilnya beliau dipanggil Bisyr. Syaikh Ali bin Isa al-Rumaniy mengatakan bahwa pakar tata bahasa Arab paling berpengaruh ini memiliki beberapa nama panggilan. Di antara nama panggilan tersebut adalah Abu Bisyr, Abu al-Husain dan Abu Utsman. Namun sampai saat ini panggilan nama Abu Bisyr-lah yang paling terkenal dan banyak dipakai dalam kepenulisan tentang beliau.

Adapun nama Sibawaih sendiri sebenarnya melekat pada beliau oleh karena aroma apel yang sangat khas dari dirinya. Pendapat lain mengatakan bahwa beliau dijuluki dengan panggilan tersebut karena kedua tulang pipinya memang menonjol seperti apel.

Imam Sibawaih adalah seorang yang dilahirkan oleh ibunya di kota al-Baydha pada tahun 761 MKota tersebut berada di wilayah Persia. Wilayah tersebut dalam sejarah adalah kawasan berdirinya pusat-pusat peradaban dunia. Seluruh kekaisaran yang berdiri di Persia merupakan rangkaian penguasa ke penguasa wilayah tersebut yang datang silih berganti. Sejarahnya yang panjang dan keagungannya yang menyejarah, pun juga dengan corak intelektualitas dan spritualitas merupakan sebuah warisan agung yang menarik untuk ditelaah lebih jauh dari wilayah tersebut.

Imam Sibawaih tidak lama berada di kota al-Baydha. Karena dalam perjalanan berikutnya beliau ikut bermigrasi bersama orang tuanya ke Baghdad. Hijrahnya tersebut yang menjadi cikal tonggak kebesarannya pada masa-masa berikutnya. Terutama dalam panggung sejarah keilmuan dunia Islam.

Kota Bashrah menjadi kebun pengetahuan yang menyejukan bagi Sibawaih yang telah berimigrasi. Di dalamnya ia tidak saja menyaksikan panorama aktifitas keilmuan, namun juga ia bisa bebas mengakses berbagai banyak ilmu pengetahuan pada para pakar yang ada di sana. Halaqah pertama yang digeluti beliau adalah halaqah fikih dan hadits.

Guru-guru Imam Sibawaih

Dalam pengembaraan pengetahuannya di Bashrah, Ia menimba pengetahuan pada beberapa guru ternama. Beberapa nama guru Imam Sibawaih yang disebutkan oleh Syaikh Ali bin Isa al-Rumaniy adalah Isa bin Umar al-Bishri, Abu Amru bin al-‘Ula bin ‘Amar bin al-‘Uryan bin Abdillah bin al-Hushain al-Bishri, al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi, Hamd bin Salamah bin Dinar, Harun bin Musa al-Bishri, al-Akhfasy al-Kabir Abd al-Hamid bin Abd al-Majid dan Yunus bin Hubaib. Nama-nama guru beliau ini dicantumkan di karya utama Imam Sibawaih, yakni al-Kitab.

Syaikh Hamd bin Salamah bin Dinar adalah guru Imam Sibawaih dalam bidang Fikih dan Hadits. Sedangkan gurunya yang paling terkenal dalam bidang gramatika Arab adalah Syaikh al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi. Nama yang terakhir ini menjadikan Sibawaih sebagai tokoh Nuhat aliran bashrah yang sangat popular di belantika tata bahasa Arab.

Karya

Kecintaan Sibawaih pada pengetahuan dituangkan dalam beberapa buku yang bertumpuk-tumpuk di rumahnya. Kesungguhannya dalam ilmu pengetahuan membawa ia menjadi ilmuwan ternama yang dicintai oleh para pengagumnya. Namun juga mendatangkan rasa cemburu pada istrinya yang membuat istrinya itu nekad membakar beberapa karya Sibawaih. Konon dari sekian lembaran buku yang dibakar hanya tinggal satu jilid yakni buku yang saat ini dikenal dengan nama al-Kitab.

Al-Kitab adalah satu-satunya karyanya yang ada sampai sekarang. Karya tersebut menjadi salahsatu karya yang paling utama dalam pembahasan gramatikal setelah Sibawaih karena karya tersebut memuat hal yang penting dalam tata bahasa arab. Kemudian, karya ini juga menjadi satu perkembangan dramatis dalam ilmu tata Bahasa Arab, melampaui kemajuan-kemajuan sebelumnya.

Imam Sibawaih sebagai tokoh nuhat aliran Bashrah juga sempat terlibat duel sengit dengan al-Kisai yang merupakan tokoh nuhat dari aliran Kufah. Ada yang mengatakan bahwa Sibawaih kalah dalam debat tersebut oleh al-Kisai. Namun ada juga yang mengatakan bahwa Sibawaih mengalah karena ada skenario lain di balik debat tersebut. Namun peristiwa tersebut tidak lantas melunturkan popularitas Imam Sibawah dalam panggung keilmuan Islam.

Imam Sibawaih meninggal dalam usia yang terbilang cukup muda, yakni usia 32 tahun. Tepatnya pada tahun 793 M ia menghembuskan nafasnya yang terakhir di Syiraz. Seorang Sibawaih adalah seorang intelektual dengan murid yang tidak terlalu banyak. Begitupun juga dengan karya-karyanya. Namun nama dan pemikirannya masih terus harum menembus ke peradaban-peradaban berikutnya setelah ia wafat.

 

Referensi

Talmon, Rafael. ‘Nahwiyyn in Sibawayhi’s Kitllb’, Zeitschrift fur Arabische Linguistik

Ali, Mufti, Imam Sibawaihi dan Karya Utamanya, Jurnal IAIN Banten

Lughotuna.Id 


Disandur dari : 

https://kampung-arab.com/mengenal-imam-sibawaihi-ulama-ilmu-nahwu/

Bapak Ilmu Nahwu, Abul Aswad Ad-Duali

Abul Aswad ad-Duali adalah seorang perumus ilmu nahwu. Sebuah ilmu gramatika bahasa Arab yang mengkaji tentang bunyi harokat akhir suatu kalimat. Apakah dhommah, fathah, kasroh, atau sukun. Abul Aswad lahir di masa jahiliyah. Dan memeluk Islam di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ia tidak berjumpa dengan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia merupakan sahabat dari Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu. Dan berada di pihaknya saat Perang Shiffin.

Abul Aswad ad-Duali ada sosok yang populer. Ia seorang tabi’in. Seorang yang fakih. Ahli syair dan ahli bahasa Arab. Termasuk seseorang yang bagus visinya dan cerdas pemikirannya. Selain itu, ia juga piawai dalam menunggang kuda. Dialah peletak dasar ilmu nahwu. Dan menurut pendapat yang paling masyhur, dialah yang memberi titik pada huruf-huruf hijaiyah pada mush-haf Alquran (az-Zarkali: al-A’lam, 3/236-237).

Nasab dan Kelahirannya

Dia adalah Abul Aswad, namanya Zhalim bin Amr bin Sufyan bin Jandal (Ibnu Khalkan: Wafayatu-l A’yan, Daru-sh Shadir Beirut 1900, 2/535). Ad-Duali al-Kinani al-Bashri. Ibunya bernama Thuwailah dari Bani Abdu-d Dar bin Qushay (Khalifah bin Khayyath: Thabaqat Khalifah bin Khayyath, 1993 M, Hal: 328).

Abul Aswad lahir di masa jahiliyah (as-Suyuthi: al-Mazhar fi Ulumi-l Lughah wa Awa’iha, 1998, 2/392). Kemudian memeluk Islam di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (al-Mizzi: Tadzhibu-l Kamal, 33/37). Ia adalah tokoh besar di masa tabi’in. bersahabat dengan Ali bin Abi Thalib dan berada di pihaknya saat terjadi Perang Shiffin.

Kehidupannya

Abul Aswad ad-Duali tinggal di Bashrah di masa pemerintah Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu. Dan memerintah wilayah tersebut di masa Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu menggantikan Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma. Jabatan tersebut senantiasa ia pegang hingga wafatnya Ali bin Abu Thalib. Saat Muawiyah memegang tampuk kekuasaan, Abul Aswad menemuinya dan Muawiyah pun memuliakannya (az-Zarkali: al-A’lam, 3/236-237).

Bapak Ilmu Nahwu

Orang pertama yang merumuskan ilmu nahwu adalah Abul Aswad ad-Duali. Terdapat banyak versi tentang sebab perumusan ilmu nahwu. Ada yang mengatakan, “Abul Aswad menemui Abdullah bin Abbas. Ia berkata, ‘Aku melihat lisan-lisannya orang Arab sudah rusak gramatikanya. Aku ingin merumuskan sesuatu untuk mereka. Sesuatu yang meluruskan kembali lisan-lisan mereka’. Ibnu Abbas menanggapi, ‘Mungkin yang kau maksud adalah nahwu. Ya, itu benar. Buatlah rumusan dengan merujuk ke Surat Yusuf (al-Qifthi: Inbah ar-Ruwwati ‘ala Anba an-Nuhah, Cet. I 1982, 1/50-51).

Ada juga yang mengatakan, “Salah seorang anak perempuannya berkata,

يا أبت؛ ما أحسنُ السَّمَاء!

Kata أحسن harakat terakhirnya dhommah. Dan kata السماء harokat terakhirnya kasroh. Anak tersebut ingin mengatakan “Hai ayah, alangkah indahnya langit!” Tapi karena bunyi harokat akhirnya salah, maka artinya “Apakah yang paling indah di langit?”. Sehingga Abul- Aswad menjawabnya,

يا بنية؛ نجومها

“Bintangnya, nak”

Anaknya berkata, “Yang kumaksud (bukan bertanya) sesuatu yang paling indah. Tapi aku takjub dengan betapa indahnya langit.”

Abul Aswad berkata, “Kalau begitu, katakan!

ما أحسنَ السَّمَاء!

“Alangkah indahnya langit.”

Sejak itu ia menaruh perhatian besar dengan ilmu nahwu. Ada yang bertanya kepadanya, “Darimana kau memperoleh ilmu nahwu ini?” Ia menjawab, “Aku belajar kaidah-kaidahnya kepada Ali bin Abu Thalib.” (ath-Thayyib Ba Mukhramah: Qiladatu-n Nahwi fi Wafayati A’yani-d Dahr, 2008 M, 1/508).

Dengan demikian, ilmu nahwu sangat membantu orang-orang non-Arab dalam membaca teks Arab. Terutama teks Arab gundul. Dengan benarnya harokat seseorang bisa memahami teks Arab dengan pemahaman yang benar. Jika memahami teks dengan benar saja tidak mampu, maka bagaimana bisa akan mendapat kesimpulan dan pemahaman yang benar dari suatu teks. Inilah jasa besar Abul Aswad ad-Duali kepada umat ini.

Wafatnya

Abul Aswad ad-Duali wafat di Bashrah pada tahun 69 H/688 M. Ia terserang wabah tah’un. Saat itu usianya 80 tahun. Ada juga yang mengatakan bahwa ia wafat di masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah. Dan kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz dimulai pada bulan Shafar 99 H – Rajab 101 H (Ibnu Khalkan: Wafayat al-A’yan, 2/539).

Diterjemahkan secara bebas dari: https://islamstory.com/ar/artical/3408663/ابو-الاسود-الدؤلي

Oleh Nurfitri Hadi (IG: @nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com